Penting sebagai Referensi,bukan Ide Pokok Lukisan
Oleh Nyoman Gunarsa
KITA sering mendengar anggapan bahwa seni lukis modern merupakan suatu aliran yang sama sekali baru, sama sekali tak bisa dibandingkan dan dipersamakan dengan seni lukis yang pernah dihasilkan orang dari zaman ke zaman.
------------
Bila kita bercakap-cakap dengan senimannya sendiri, maka dia berkata bahwa seninya adalah hasil dari melihat lukisan-lukisan ciptaan pelukis-pelukis besar yang sudah lampau. Terutama para pelukis modern yang paling besar kalibernya suka berterus terang bahwa mereka belajar dengan jalan banyak melihat hasil seni para pelukis yang mendahului mereka.
Jalan baru adalah hasil rintisan yang dimulai dari zaman dahulu. Namun seniman-seniman itu tak hanya berterima kasih kepada seniman-seniman di zaman yang lampau saja, tapi banyak juga didorong dan ditunjang oleh kawan-kawan sesamanya (peran sanggar). Pengaruh dari kawan-kawan malah lebih besar dayanya daripada seniman yang mendahuluinya.
Juga mode atau trend bukan suatu yang tak ada dalam kesenian, terutama seniman yang masih lemah, merupakan sesuatu yang menentukan untuk mengikuti kehendak publik mendapatkan rezeki. Mereka tak setia dengan kejujuran sendiri, tak berani berkorban untuk mempertahankan kepribadian.
Seni lukis modern sebenarnya lahir karena ingin lepas dari kungkungan peniruan alam, terutama di Prancis ketika impresionisme mendominasi. Tokoh terkemuka seperti Manet, Monet, Renoir, dan Degas, adalah pelukis impresionis yang menonjol. Sedangkan Paul Cezanne, Vincent Van Gogh, Paul Gauguin menyusul Picasso adalah pendekar pelukis modern yang bertujuan memurnikan unsur seni lukis, seperti garis, warna, bidang (dimensi), tekstur ke persoalan utama untuk mencari keindahan garis/goresan dalam garis, mencari keindahan dalam komposisi warna, keindahan dalam menata komposisi bidang, atau keindahan tekstur.
Mereka meletakkan kemurnian elemen-elemen agar berbicara, bukan untuk memalsukan atau meniru alam. Dari tiga pendekar ini seni lukis modern meluas ke seluruh dunia termasuk mewarnai perkembangan seni lukis Indonesia.
Para tokoh pelukis modern selain Picasso, juga Braque, tokoh kubisme Henry Matisse, terkenal dengan sebutan "Master of Arabesque", George Seurat perintis pointilisme yang akhirnya menghilhami seni optikal Victor Vasanelly -- menggunakan pointilis atau titik-titik untuk membentuk warna-warna tertentu. Aliran kubisme di Indonesia diperkenalkan oleh Ries Mulder di ITB Bandung selaku dosen instruktur senior di perguruan itu, sedangkan Ries Mulder berguru dari Jack Louis Villon kelompok kubisme di Paris.
Seni lukis modern tak hanya memurnikan unsur-unsur pokok seni lukis, tapi juga dipengaruhi atau dimasuki berbagai konsep baru yang berkembang di Eropa seperti ilmu jiwa, dunia kanak-kanak, perang, masalah sosial, teknologi, industri, dan seterusnya. Henry N. Rasmusen, peneliti dan penulis "Art Structure" tentang creative design membeberkan secara gamblang mengenai "teori seni", bagaimana cara mencapai harmoni berkarya dan berbagai karakter simbol garis yang dirangkum dalam "20 Axpretion Line Symbol".
Dalam warna termasuk teori warna untuk mendapatkan warna-warna baru dari warna pokok merah, kuning, biru sampai warna-warna sekunder, tersier, kuartier, dan seterusnya. Dalam dimensi bidang, bagaimana cara mengaturnya supaya harmoni dengan teory of balance-nya. Permainan tekstur halus-kasar dari permukaan bidang atau kanvas yang digunakan akan mempengaruhi visi si pengamat atau publik sebagai penonton. Teori seni ini sangat penting sebagai referensi kita untuk mengungkap persoalan misteri jagat raya dalam dunia penciptaan, tapi bukan untuk diklaim sebagai ciptaan atau penemuan sendiri.
Seni Modern Indonesia
Perkembangan seni lukis modern yang berkembang di Eropa dan Amerika secara tak langsung juga bergema dan berpengaruh di Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena perguruan-perguruan tinggi seni kita juga mengacu pada kurikulum barat, termasuk referensi buku-buku tentang seni banyak ditulis orang barat. Sedangkan di Indonesia buku-buku seni itu bisa dihitung dengan jari.
Khusus di Amerika telah berkembang pop art, kemudian seni instalasi, enveromental art -- juga mempengaruhi perupa-perupa kita. Tokoh-tokoh Amerika terkemuka Andy Warhol, Jasper John, Roy Linstenstein, James Rossenquese, dan Hans Hartung. Demikian pula dengan alat-alat telekomunikasi yang makin canggih seperti internet, website, telah membuat dunia ini satu (one world) yang juga populer dengan globalization.
Pengaruh dan mempengaruhi itu akan terjadi, terutama di kalangan generasi muda, sehingga seni budaya kita akan cepat dilupakan kalau tak ada langkah-langkah bijaksana dari pemerintah. Di sinilah pentingnya jati diri bangsa, jati diri pribadi, dan jati diri pelukis Indonesia. Teori seni dan praktik memang penting, tapi seni yang berkepribadian juga sangat penting dalam kaitannya dengan benturan global. Melukis perlu perenungan, pencerahan, dan bukan gebyar-gebyar sekadar retorika memanfaatkan teori seni yang sudah baku. (*)
sumber bali post online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar